![]() |
Kerajaan Sunda Empire |
Di awal tahun 2020 kita diperlihatkan dengan fenomena munculnya kerajaan baru di indonesia, dimulai dengan munculnya kerajaan keraton agung sejagat yang baru dikenal publik setelah mereka mengadakan acara wilujengan dan kirab budaya yang dilaksanakan hari jum’at, 10 januari hingga 12 januari 2020 lalu. Dan dilanjutkan lagi dengan munculnya kerajaan fenomenal bernama Sunda Empire yang mengaku bahwa telah berdiri sejak 324 tahun sebelum masehi, seperti yang dikatakan oleh Sekretaris Jendral De heren XVII Sunda Empire, Rangga Sasana di salah satu acara TV lokal dengan nada menggebu-gebu. Ia mengatakan bahwa Sunda Empire jangan disamakan dengan kerajaan-kerajaan yang muncul saat itu, yang diantaranya Keraton Agung Sejagat.
Selain itu dari aspek status sosial dari raja dan permaisuri kerajaan ini ternyata bukanlah pasangan suami istri, keduanya hanya berstatus sebagai teman. Karena mereka manarik dana dengan cara tipu melalui penggunaan simbol-simbol kerajaan palsu, raja dan permaisuri dari kerajaan Keraton Agung Sejagat dijerat dengan Pasal 14 UU RI Nomor 1 tahun 1946 tentang menyiarkan berita kebohongan dengan sengaja menerbitkan keonaran, keduanya juga diancam Pasal 378 KUHP tentang penipuan.
- Pada tanggal 9 Desember 2019 Toto dan Fanni mendeklarasikan berdirinya Keraton Agung Sejagat di Dusun Pogung, Desa Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Kegiatan deklarasi itu ditandai dengan peresmian batu prasasti bernama Ibu Bumi Mataram II.
- Pada tanggal 10 Januari 2020, Raja dan ratu serta para pengikut atau punggawa Keraton Agung Sejagat menggelar kirab di Dusun Pogung, Desa Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Prosesi ini menjadi viral karena pesertanya berseragam lengkap dengan kuda dan bregada.
- Pada tanggal 12 Januari 2020 Toto dan Fanni yang mendapat gelar raja dan ratu itu mengundang wartawan dan membeberkan tujuan Keraton Agung Sejagat sesuai versinya. Video pernyataan sang raja kembali viral di media sosial.
- Pada tanggal 13 Januari 2020, Warga yang merasa resah dengan keberadaan Keraton Agung Sejagat melapor ke polisi setempat.
- Dan pada tanggal 14 Januari 2020, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jateng menangkap raja dan ratu yang diketahui bukan pasangan suami istri sah. Pemerintah setempat juga menggelar rapat dan menghentikan kegiatan Toto dan pengikutnya.
- Keesokan harinya raja dan ratu Keraton Agung Sejagat itu resmi ditetapkan sebagai tersangka. Mereka dijerat pasal 378 KUHP tentang penipuan dan keonaran. Modus yang dilakukan yaitu peserta diminta setor uang Rp 3 juta sampai Rp 30 juta dengan iming-iming mendapat jabatan dan gaji besar dalam bentuk dolar.
Keberadaan Kerajaan baru ini memerlukan kondisi di mana terdapat krisis sosial dan spiritualitas dalam masyarakat, seperti harapan yang terjadi dan yang diperoleh tidak sesuai dengan realitas yang terjadi. Ditambah lagi masyarakat umum lebih mudah tertarik dengan iming-iming yang diberikan oleh oknum pendiri kerajaan fiktif.
Diharapkan pada keraton agung sejagat di atas permintaan uang dan tabungan yang sangat banyak yang disimpan di salah satu bank di swiss, dengan harapan jika di cairkan akan menjadi pintu masuk kemakmuran untuk semua orang. Namun untuk dapat tergabung dalam kerajaan tersebut, anggota baru diwajibkan untuk membeli seragam senilai 2 juta rupiah. Karena mereka harus berhutang untuk dapat tergabung dan memiliki seragam tersebut.
Kejadian Munculnya kerajaan baru untuk sebagian besar adalah salah satu manifestasi dari kekecewaan sebagian besar masyarakat terhadap apa yang tidak mampu dilakukan pemerintah untuk menciptakan kemakmuran dan ketenteraman bagi rakyatnya, namun tidak melipat pelataran yang lain sehingga bisa dipicu.
Sebagian besar masyarakat menganggap hidup di dunia modern semakin tidak mudah dan tidak mampu memenuhi harapan mereka, maka mereka mencari alternatif di dalam hidup dengan pola hidup baru yang mereka anggap lebih mampu memberikan kepastian dan ketenteraman dalam hidup. Ditambah lagi dengan godaan meningkat taraf hidup instan jika tergabung dalam komunitas ini, dimana masyarakat kita masih mudah di iming-imingi dengan harapan yang diberikan Pengamanan ekonomi akan dilanjutkan menjadi lebih baik jika tergabung dalam komunitas tersebut.
Fenomena ini biasanya muncul disaat-saat yang penting dan masa-masa yang akan datang.
Diperkenalkan lagi sebagai pengikut sosial yang diberi status sosial yang diperhitungkan dalam komunitas, maka hal ini membuat para pengikut mendapatkan rasa dihargai dan mendapatkan persetujuan bahwa dia ada didalam komunitas dengan status sosialnya, yang mungkin saja tidak dapat diperoleh olehnya di dalam komunitasnya yang ada di masyarakat luas. Sementara mereka membekali diri dengan silsilah dan narasi untuk membangun dan mendapatkan legitimasi atas klaim tersebut.
Cerita yang awalnya hanya hidup dalam ruang kecil, dari oknum, pendiri kerajaan fiktif, meluas dengan yang dibangun di dalam komunitas kerajaan, dengan mudah mempengaruhi pengikutnya dengan status prestise sosial di kerajaan fiktif.
Kerajaan baru masih mudah diterima di masyarakat Indonesia dengan mempertahankan kepercayaannya terhadap mitos serta keyakinan spiritual pada konsep kerajaan masih subur dan dipelihara oleh masyarakat. Hal ini terbukti dari pengikut kerajaan keraton agung sejagat yang kurang disukai orang.
Menurut dosen antropolis Universitas Padjajaran dalam laman bbc.com, bapak Widyo menilai fenomena kemunculan Sunda Empire dan Keraton Agung Sejagat sebagai “Gerakan Sosial” yang tidak puas pada tatanan dunia saar ini, dan aturan sosial politik ekonomi di daerahnya. Mereka punya ambisi sosial politik ekonomi yang belum tercapai. Jadi bukan hal aneh bila mereka suka memakai simbol kaisar, raja, atau sultan. Sebab simbol merupakan ciri khas setiap daerah.
Jika kita teliti lagi dari segi budaya bahwa sebenarnya fenomena ini dapat dijadikan pariwisata yang menarik bagi masyarakat, jika pemerintah dapat mengatur cara agar lokasi kerajaan fiktif tersebut dapat terkenal dan dikunjungi wisatawan lokal maupun internasional, budaya kerajaan fiktif ini cukup kaya dan dapat dilestarikan dengan baik. Bisa kita lihat betapa artistiknya bentuk Kerajaan Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire, dan mungkin ada beberapa kerajaan fiktif lainnya, hal ini dapat dijaga asalkan tidak ada unsur penipuan didalamnya, karena hal tersebut dapat memicu kegelisahan didalam masyarakat.
Dari segi sastra juga bisa kita lihat bahwa fenomena ini dapat dijadikan aspirasi bagi para penulis untuk membuat karya tulis fiksi yang keren, dapat dibayangkan dari imajinasi kita yang luar biasa kreatif saat meramu tulisan cerita tersebut.
Menurut dosen antropolis Universitas Padjajaran dalam laman bbc.com, bapak Widyo menilai fenomena kemunculan Sunda Empire dan Keraton Agung Sejagat sebagai “Gerakan Sosial” yang tidak puas pada tatanan dunia saar ini, dan aturan sosial politik ekonomi di daerahnya. Mereka punya ambisi sosial politik ekonomi yang belum tercapai. Jadi bukan hal aneh bila mereka suka memakai simbol kaisar, raja, atau sultan. Sebab simbol merupakan ciri khas setiap daerah.
Ditinjau dari segi ekonomi, masih rentan untuk digunakan, perlu dicari masyarakat, lebih baik untuk menganalisis masyarakat, lakukan perbaikan dalam ekonomi masyarakat melalui kebijakan pemerintah yang berkelanjutan, dan tergiur dengan masyarakat yang terdidik melalui pendidikan yang dapat diakses dan diakses dengan mudah. Masyarakat, jadi masyarakat lebih cermat, makmur, tentram dan tidak mudah tergoda dengan bujuk rayuan.